Dalamperjalanan, wisatawan akan diajak singgah ke sejumlah tempat wisata sesuai dengan rute yang dipilih, termasuk kebun teh Kemuning dan Candi Cetho. Selanjutnya, titik akhir perjalanan tersebut adalah Lintang Cetho Park. Setelah berkeliling sembari menikmati udara lereng Gunung Lawu, wisatawan akan kembali disuguhkan dengan beragam
Start- Bukit kemuning - Candi Cetho - Trabas Explore Kebun Teh - Fininsh RUTE 3 (jumog/Telaga Madirda/Candi Sukuh-Pilih salah satu) - Explore Kebun teh Jimber - Fininsh Destinasi Wisata Non HTM Pesan Sekarang SEWA Jeep Adventure Long Include : Makan Siang Dokumentasi Local Guide Instrukture Handal Armada Jeep 4x4 Rp 190.000,- Per orang
Kebunteh ini berada di karanganyar jawa tengah, selain kebun teh terdapat candi yang sering di sambangi oleh warga yang datang untuk beribadah bernama candi
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. - Kebun Teh Kemuning. Apa saja aktivitas menarik Kebun Teh Kemuning? Kebun Teh kemuning adalah tempat wisata menarik yang ada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Wisata perkebunan teh ini menarik dikunjungi karena hamparan pohon teh yang tertata rapi, dengan suasana alam yang menyegarkan. Wisata alam ini sangat cocok untuk mendinginkan pikiran dari segala macam hiruk pikuk rutinitas yang menjemukan setiap harinya. Kebun teh kemuning memiliki panorama alam yang sungguh mengagumkan. Pengunjung akan melihat kabut yang cukup menaungi kawasan ini, karena memang letak obyek wisata ini dekat dengan Candi Cetho dan Sukuh. Angin semilir membawa damai dalam ketenangan. Langit biru dan awan putih yang menaungi tampak begitu pas dengan hijaunya alam di bawahnya. Baca JugaTaman Batu Purwakarta, Rasakan Berenang Menyatu Dengan Alam Perkebunan Teh Kemuning. [ salah, tempat ini sering dijadikan sebagai tujuan wisata dari kalangan remaja hingga keluarga. Lalu, apa saja aktivitas menarik di Kebun Teh Kemuning? Berikut informasi selengkapnya. 1. OutboundDi kebun Teh Kemuning, pengunjung dapat melakukan aktivitas outbound sport lainnya seperti biking, camping dan sebagainya. Selain itu ada juga flying fox dengan ketinggian 9 meter. Rute yang dilewati memiliki panjang sekitar 70 meter. Untuk mencoba wahana ini cukup terjangkau, yakni per-orang. 2. BersepedaBagi yang suka bersepeda atau gowes, bisa mencoba aktivitas yang satu ini saat berada di Kebun Teh Kemuning. Di sini ada dua pilihan jalan yang dapat ditempuh oleh para pesepeda di medan jalan yang berupa rabat beton dengan luas sekitar 3 meter. Pilihannya antara ke Barat ke Dusun Sumbersari dengan medan yang lumayan landai sedangkan rute ke Timur memiliki medan cukup terjal dan naik mengarah ke Padepokan Segara Gunung. Baca Juga5 Rekomendasi Tempat Wisata Kudus, Ada yang Suasananya Mirip di Jepang 3. Terdapat Wahana SeruDi Kebun Teh Kemuning terdapat beberapa wahana seru yang dapat dilakukan ketika berada di sini. Misalnya, Paintball yang tersedia paket kelompok maksimal satu kelompoknya 10 orang. Masing-masing anggota atau peserta harus membayar per-orang, harga tersebut sudah termasuk baju serta senjata dengan 25 peluru. Kemudian ada juga wahana Paralayang tandem sebesar per-orang. Bagi yang memiliki cukup uang dan tidak takut ketinggian, patut untuk mencoba wahan satu ini. Karena sangat seru bisa berkeliling di atas langit Kemuning dengan melihat langsung pemandangan dari atas, yang pastinya sangat menakjubkan. 4. NgetehPara pengunjung yang hanya ingin bersantai bukan melakukan aktivitas challenging dapat singgah di kedai teh. Duduk santai dengan menikmati secangkir teh khas Gunung Lawu ini memberi rasa nikmat tersendiri Beberapa kedai teh yang terkenal dan mewah ada di tempat wisata kebun teh kemuning Kabupaten Karanganyar ini, seperti resto kemuning indah, ndoro dongker, omah kodok, dan bale branti. 5. Spot FotoDi Kebun Teh Kemuning juga terdapat banyak spot foto yang sangat menarik. Karena, spot foto kekinian adalah salah satu fasilitas yang ditawarkan di Kebun Teh Kemuning ini. Spot-spot tersebut seperti di Tanggul Asri, Taman Bintang, Lembah Katresnan, dan Bukit Ganduman. Nah, itulah tadi informasi tentang Kebun Teh Kemuning yang ada di Kabupaten Karanganyar. Kontributor Raditya Hermansyah
Karanganyar – Kebun Teh Kemuning merupakan hamparan teh yang dikelola oleh Sari Kemuning dengan luas lahan mencapai 437 hektar. Seiring berjalannya waktu kebun teh kemuning kini menjadi destinasi wisata yang cukup layak dikunjungi bagi kamu penggemar atau penghoby alam bebas karena kamu akan disuguhkan pemandangan nan hijau sejauh mata memandang. Baca Juga Grojogan Sewu Tawangmangu, Destinasi Wisata Primadona di Karanganyar Foto Lokasi kebuh teh kemuning berada di Ngargoyoso dapat ditempuh dari kota sekiat semisal Solo, Magetan, Ngawi cukup mudah kalo dari solo kurang lebih 38 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam an rutenya sbb Solo – – Tawangmangu – – Terminal Ngargoyoso -Lokasi, bagi yang dari Ngawi bisa lewat Sine – Jenawi -Ngargoyoso dan untuk yang dari Magetan bisa lewat Sarangan – Cemoro Sewu – Karanganyar – Belok Kanan ke arah sewu patokan toko jaya muda ikutin jalan saja nanti juga sampai ke kebuh teh sebelum sampai kamu juga bakal lewatin gapura kebun teh kalo kiri nanti ke Air terjun Jumog kalo lurus ke kemuning kalo lurus lagi ke Candi Cetho lurus lagi jalur pendakian lawu 😀 Setelah kamu sampai di kebun teh kemuning banyak sekarang wahana yang bisa kamu coba seperti Area Outbond ATV Flying Fox Paint Ball Arum Jeram Camping Sepeda Paralayang dll Harga Wahana di Kebun Teh Kemuning No Keterangan Tiket Tiket Wahana di Kemuning 2018 1 Tiket Masuk – 2 Parkir Motor 2k 3 Parkir Mobil 5k 4 Flying Fox 10k 5 Paint Ball 40k/user 6 Paralayang 350k/user Banyak hal yang bisa kamu lakukan di kebun teh kemuning dengan harga tiket masuk cuma 0 rupiah 😀 kamu bisa melihat indahnya ciptaan Tuhan di bumi Karanganyar, jika kamu membawa uang lebih bisa merasakan wahana yang ada di kebun teh kmuning yang tertera di atas. Kebun teh kemuning memang kebanyak di jadikan para traveler hanya sekedar beritirahat sambil menikmati hamparan teh sekitar sambil makan, karena di sekitar kebun teh kemuning banyak banget kulinernya baik yang murah sampai yang mahal namun kebanyak juga membeli seperti pentol, mie ayam, baksdo dan sejeninya. Bagaimana tertarik untuk berwisata ke kebun teh kemuning? karena masuk lokasi gratis apa salahnya kamu bisa mencoba belibur kesini jika lagi berada di Karanganyar atau saat melakuakn pendakian gunung lawu melewati jalur cetho.
Peninggalan Kerajaan, foto by anisadheaa Lokasi Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah Map Klik Disini Jam Buka – WIB Telepon 0812-3962-4421 Harga Tiket Masuk❤️Sejarah Singkat❤️Medan Jalan Ke Lokasi❤️Belajar Masa Lalu❤️Larangan❤️ Harga Tiket Masuk❤️ HTM Parkir Motor Parkir Mobil Untuk memasuki area candi, pengunjung akan dikenakan HTM sebesar ditambah ongkos parkir sebesar untuk motor dan untuk mobil. Jam buka mulai pukul – Setelah bayar tiket masuk, Anda akan diberi pinjaman sekaligus dibantu untuk mengenakan Kain Poleng pada bagian pinggang oleh petugas yang berjaga di pintu gerbang. Kain Poleng yang Wajib Dikenakan Pengunjung, gambar by radiska_putri Bagi penggemar wisata sejarah utamanya berkunjung ke bangunan-bangunan yang menjadi peninggalan jaman kerajaan pada masa lampau seperti candi, Jawa Tengah merupakan surganya karena di provinsi ini terdapat puluhan candi yang tersebar di segala penjuru, seperti Borobudur yang megah, Prambanan yang eksotis, Kalasan, Mendut, Kompleks Candi Sewu, Plaosan, Sari, Dukuh, Gedung Sanga, Canggal, Lumbung, Bubrah dan masih banyak lagi candi yang lain. Diantara sekian banyak candi yang ada di Jateng tersebut, nama Candi Cetho memang kurang begitu dikenal disebabkan karena letaknya yang cukup sulit dijangkau serta terbatasnya akses transportasi, infrastruktur dan fasilitas yang ada di sekitar kawasan wisata. Namun demikian, dari sisi keunikan bangunan, Cetho sebenarnya memiliki nilai lebih dibanding candi yang lain, karena struktur, bentuk dan ornamen bangunan yang ada di Cetho berbeda dengan candi lainnya yang ada di Jateng, Jatim dan di DIY, kecuali Sukuh yang letaknya berdekatan dengan Cetho. Medan jalan menuju lokasi, gambar by monkey_diaryy Sehingga bagi pemerhati bangunan bersejarah atau mereka yang memiliki minat khusus terhadap disiplin ilmu arkeologi, Cetho merupakan objek yang tidak boleh dilewatkan untuk diteliti, dipelajari sekaligus dinikmati. Tidak hanya itu, lokasinya yang berada di kaki Gunung Lawu, menjadikan kawasan di sekitar Cetho menyajikan pemandangan yang menawan berupa hamparan Perkebunan Teh dan persawahan milik penduduk setempat dengan latar belakang perbukitan serta gunung-gunung yang menjulang tinggi. Lingkungan di kompleks wisata pun menyuguhkan keindahan yang memanjakan mata, sehingga siapapun bakal betah untuk berlama-lama di sekitarnya. Selain itu, di sekitar Cetho juga terdapat berbagai objek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Candi Sukuh, Air Terjun Jumog, Taman Hutan Raya yang menjadi lokasi ideal untuk picnic party, memetik pucuk-pucuk teh di Perkebunan Teh Kemuning, serta singgah di Rumah Teh Ndoro Dongker untuk menikmati berbagai jenis teh dengan harga yang terjangkau, seperti Teh Hijau Kemuning, Teh Putih, Teh Raja, Teh Herbal, Teh Hitam Donker, Teh Aroma Inggris dan beberapa jenis yang lain. Kompleks yang Eksotis, photo by ulia_arigalit Buat para pendaki gunung yang ingin menuju ke Puncak Gunung Lawu, dapat pula singgah ke Cetho, karena di sekitar kawasan ini juga terdapat basecamp serta rute bagi para pendaki yang ingin menuju ke Puncak Gunung Lawu. Sejarah Singkat❤️ Meski laporan ilmiah tentang Candi Cetho telah ditulis oleh van de Vlies pada tahun 1842, namun ekskavasi atau penggalian dengan tujuan rekonstruksi terhadap Cetho baru dilakukan untuk pertama kalinya ditahun 1928 oleh Commissie vor Oudheiddienst Dinas Purbakala Hindia Belanda. Pada penelitian selanjutnya, Bernet Kempers menyimpulkan bahwa Cetho didirikan pada masa pemerintahan Majapahit sekitar tahun 1373 Saka atau tahun 1451 Masehi. Hal tersebut berdasarkan sebuah sengkalan yang bunyinya “Welut wiku anakut iku” dan diperkuat keberadaan batu-batu berhiaskan “Surya Majapahit” yang menjadi lambang kebesaran Majapahit. Bangunan yang diperkirakan didirikan pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V ini, saat pertama kali diketemukan, berupa reruntuhan batu berbentuk punden/teras yang terdiri atas 14 teras. Kompleks bangunan yang memanjang dari dataran paling rendah di sebelah Barat menuju dataran yang paling tinggi di sebelah Timur, saat ini hanya terdiri atas 13 teras dan yang selesai dipugar baru 9 teras. jalan menuju lokasi Repost thoriqaljabar Dengan struktur punden berundak berteras-teras, kuat dugaan akan pengaruh sinkretisme pada Cetho yaitu perpaduan antara unsur Hinduisme dengan kultur asli Nusantara. Apalagi ikonografi atau gambar relief-relief candi memiliki bentuk menyerupai wayang, dimana hal tersebut merupakan ciri dari masa akhir Hindu – Buddha, menjadikan pengaruh sinkretisme tersebut menjadi semakin terasa. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Sukuh yang lokasinya tidak jauh dari Cetho, yaitu di Kecamatan Ngargoyoso yang juga berada di kawasan lereng Gunung Lawu. Pasca kemerdekaan Indonesia, pemugaran untuk pertama kalinya dilakukan pada tahun 1970 oleh asisten pribadi Presiden Soeharto, yaitu Sudjono Humardani. Namun, banyak arkeolog yang mengkritik pemugaran ini, karena struktur asli bangunan banyak yang dirubah disebabkan tidak adanya study yang mendalam sebelum dilaksanakannya pemugaran. Akibatnya terdapat sejumlah objek baru yang diperkirakan tidak original, seperti gapura megah di depan kompleks, patung-patung Brawijaya V, Sabdopalon dan Nayagenggong, bangunan berbentuk kubus di puncak punden serta bangunan-bangunan bermaterialkan kayu untuk tempat pertapaan. Kondisi tersebut semakin diperparah saat Bupati Karang Anyar dijabat oleh Rina Iriani 2003 – 2008, karena dengan seenaknya menambahkan arca berbentuk Dewi Saraswati pada sisi Timur kompleks bangunan. Arca sumbangan dari kab. Gianyar tersebut ditempatkan di kompleks Cetho dengan alasan untuk menghidupkan gairah keberagamaan, tanpa mempertimbangkan struktur asli candi yang penting untuk study arkeologi. Medan Jalan Ke Lokasi❤️ Jalan Menuju Objek foto Alamat Candi Cetho yang berada di kaki Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, membuat lokasinya cukup sulit dijangkau karena rute yang harus dilalui tidak dilewati sarana transportasi umum, kecuali ojek. Kendaraan pribadipun harus dalam kondisi prima dengan ketrampilan mengemudi di atas rata-rata jika ingin sampai ke tujuan, karena jalan yang harus dilewati meskipun sudah beraspal halus namun cukup sempit dengan kondisi jalan berliku-liku dan memiliki tanjakan yang tajam. Bagi wisatawan yang berangkat dengan menggunakan mobil pribadi, baik dari Jogja, Semarang, Sragen atau dari Ngawi dan Madiun yang ada di Jawa Timur, jalur yang harus ditempuh adalah dengan menuju ke arah Solo. Sesampai di Kota Solo, arahkan kendaraan menuju Terminal Karang Pandan dan bawa terus kendaraan menyusuri jalan utama yang melintang di depan terminal tersebut sampai bertemu dengan gapura besar. Setelah melewati gapura bertuliskan “Kawasan Wisata Sukuh Cetho”, Anda akan sampai di Kemuning dan di sana akan Anda jumpai rambu petunjuk jalan menuju ke lokasi wisata. Apabila masih merasa bingung atau takut tersesat, aktifkan saja google maps pada layar smartphone. Kebun Teh Kemuning Dilihat dari Candi Cetho, foto by Untuk wisatawan yang menggunakan sarana transportasi umum, Cetho dapat diakses dari Stasiun Solo Balapan dengan naik ojek atau becak menuju Terminal Tirtonadi, selanjutnya naik bus jurusan Solo – Tawangmangu. Sesampai di Terminal Karang Pandang, Anda harus turun untuk berganti bus kecil jurusan Karang Pandan – Kemuning lalu turun di Pertigaan Nglorog. Sesampai di Nglorog sudah tidak ada lagi sarana transportasi umum kecuali ojek yang akan mengantar Anda menuju Cetho dengan jalan menanjak sejauh kurang lebih 12 km. Meski jalan yang harus dilalui menanjak dan berliku-liku, mata Anda akan dimanjakan oleh pemandangan di kanan kiri jalan yang dihiasi hamparan persawahan berlatar belakang bukit dan pegunungan serta luasnya “Perkebunan Teh Kemuning Ngaroyoso” yang hijau. Belajar Masa Lalu❤️ Asal usul dari nama candi yang berdiri di atas ketinggian 1496 mdpl ini, diambil dari nama desa yang menjadi tempat berdirinya bangunan tersebut, yaitu Desa Cetho. Kata “Cetho” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya “Terlihat dengan jelas”. Dinamakan Desa Cetho, karena di desa ini, siapapun akan dapat melihat dengan jelas keindahan pemandangan yang terhampar di bawahnya dan di kejauhan berupa hamparan Perkebunan Teh Kemuning yang hijau, persawahan milik penduduk setempat dan pemandangan indah berlatarbelakangkan Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Punggung Gunung Lawu dan sejumlah perbukitan serta anak gunung lainnya. Itulah legenda tentang asal usul nama candi dan nama desa Cetho menurut penuturan warga sekitar. Jam buka, gambar by iamhidayattaufik Pemandangan yang indah dengan udara sejuk khas daerah pegunungan inilah yang bakal membuat betah wisatawan untuk berlama-lama di tempat ini. Apalagi lingkungan di kawasan kompleks candi juga menghadirkan panorama yang instagenic, membuat banyak spot yang menarik untuk dijadikan latar belakang foto dan dipamerkan di akun facebook, instagram serta lini media sosial yang lain. Selain keindahan panorama yang disajikan, misteri yang menyelimuti kawasan kompleks candi serta mitos-mitos yang berkembang di tengah-tengah masyarakat juga menjadi daya tarik tersendiri. Hal tersebut tidak lepas dari keberadaan candi yang hingga kini masih dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan tempat berziarah oleh Umat Hindu, digunakan untuk tempat bertapa atau bersemedi oleh penganut aliran kepercayaan, serta dipakai untuk menggelar upacara rutin setiap tanggal 1 Syuro serta setiap 6 bulan sekali pada peringatan Wuku Medangsia. Berbagai aktifitas spiritual tersebut dilakukan di kompleks wisata, karena candi ini konon dibangun dengan tujuan untuk dipakai sebagai tempat Upacara Ruwatan, yaitu upacara adat untuk penyucian diri dari kehinaan disebabkan karena penyakit, perbudakan, kutukan, kesengsaraan hidup serta lainnya. Jadi misteri yang menyelimuti kawasan ini tidak ada kaitannya dengan cerita hantu, melainkan lebih kepada suasana magis yang dipancarkan oleh aura bangunan. Arca di lokasi, foto by Terletak di kaki Gunung Lawu, membuat Cetho juga kerap dikunjungi para pendaki, karena tidak jauh dari kompleks candi terdapat basecamp bagi para pendaki yang ingin menuju ke Puncak Gunung Lawu. Jalur dan map menuju Puncak Lawu via Cetho ini memang lebih jauh, yang mana memiliki jarak sekitar 10 km. Bandingkan dengan jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang yang hanya berjarak sekitar 6 km. Namun bagi pendaki yang ingin menikmati suasana yang berbeda, jalur Cetho ini kerap dijadikan sebagai pilihan. Diantara berbagai aktifitas menarik yang dapat dilakukan di kompleks wisata, aktifitas utama yang tidak boleh dilewatkan adalah belajar tentang sejarah masa lalu lewat relief-relief, arca-arca, ornamen-ornamen dan berbagai hal yang menyelimuti bangunan. Bagi pengunjung yang pernah melihat kompleks Candi Sukuh akan melihat beberapa kesamaan pada Candi Cetho, yaitu bentuk bangunannya yang berundak atau berteras-teras dan berderet dari Barat ke Timur atau dari bagian yang paling rendah menuju ke bagian yang paling tinggi dengan letak pintu masuk pada bagian yang paling rendah. Selain itu, kesamaan lainnya adalah adanya tatanan batu berbentuk lingga yoni yang sepintas lalu terkesan vulgar dan berkonotasi pornografi namun sebenarnya merupakan simbol dari kesuburan, batu berbentuk kura-kura yang merupakan simbol penciptaan alam, serta arca-arca bergaya pra-sejarah dengan bentuk yang sederhana. Ciri dari kedua candi tersebut tidak terdapat pada candi lain yang ada di Provinsi Jatim, Jateng maupun di DIY. Tiket masuk, foto by dykap21 Teras di Candi Cetho berjumlah tujuh buah teras yang melambangkan kehidupan manusia, yang dalam kepercayaan Hindu memiliki tujuh tingkatan. Ketujuh tingkatan tersebut meliputi Bhurloka, Bhuvarloka, Svarloka, Caturloka serta Janaloka, Tapaloka dan Saptaloka. Antara teras yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh dua jalan dan satu pintu masuk. Teras terendah melambangkan derajat manusia yang masih rendah karena dikuasai oleh hawa nafsu sedang teras tertinggi dianggap suci dan paling penting karena melambangkan manusia yang sudah terbebas dari hawa nafsu sehingga dapat terlepas dari hukum karma. Pada pintu gerbang sebelah Timur, dapat dijumpai gapura berhiaskan arca batu bernama Arca Nyai Gemang Arum, pada sisi Selatan teras pertama terdapat bangunan tanpa dinding atau hanya pondasi dengan ketinggian 2 meter. Di dalamnya terdapat susunan batu-batu dan bekas sesajian yang menandakan kalau tempat ini masih digunakan sebagai tempat berziarah dan pemujaan. Di dalam kompleks bangunan, pengunjung juga dapat menjumpai beberapa arca yang sebagian besar kondisinya sudah tidak utuh lagi serta relief-relief yang mengusung kisah Sudamala dan Garudeya. Kisah tersebut mengandung makna tentang semangat manusia untuk dapat membebaskan diri dari malapetaka yang dialaminya. Larangan❤️ Mengenakan kain bermotif kotak-kotak berwarna hitam dan putih ini wajib dilakukan oleh pengunjung, karena Cetho hingga kini masih dimanfaatkan sebagai tempat beribadah oleh umat Hindu. Sehingga berbagai anjuran dan larangan yang berlaku di kompleks candi harus dipatuhi oleh wisatawan yang datang berkunjung. Jangan berharap fasilitas yang lebih saat berada di lokasi wisata, karena selain tempat ini merupakan tempat ibadah juga karena letak candi yang berada di lereng gunung. Namun kalau hanya untuk mengisi perut atau menghilangkan dahaga, di sekitar area parkir dapat dijumpai beberapa warung yang menjual makanan dan minuman. Begitu juga untuk wisatawan yang bermaksud menginap di sekitar kawasan wisata, tidak ada satupun hotel atau penginapan mewah kecuali hanya dua pondok wisata yang menyediakan kamar dengan tarif semalam. Dengan tarif yang cukup murah tersebut, fasilitas yang disediakan adalah tempat tidur berukuran sedang dengan kamar mandi di dalam, plus air panas gratis untuk mandi jika tamu penginapan jumlahnya banyak. Jika tamu yang datang sedikit, tidak ada bonus air panas dari pengelola pondok wisata, sehingga tamupun harus mandi dengan menggunakan air dingin. Bagi wisatawan yang bermaksud menginap, pastikan telah menyiapkan makanan dan minuman untuk santap malam, karena di kawasan sekitar candi tidak ada warung satupun yang buka pada malam hari, kecuali satu dua toko kelontong yang begitu adzan maghrib berkumandang sudah tidak lagi melayani pembeli. Aktif menulis sejak tahun 1990 sampai Sekarang. Naskah pernah dimuat di berbagai media nasional. Sebanyak 13 judul buku untuk anak-anak telah diterbitkan di beberapa penerbit, seperti Grasindo, Gema Insani Press, SIC, dll. Web
kebun teh kemuning candi cetho